Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Mengelola Belajar dari Rumah di Pedesaan

Mengelola Belajar dari Rumah di Pedesaan
Kiswanto setiap hari harus menembus hutan dan perkebunan sawit untuk mencapai sekolahnya. Ia mengajar di kelas IV SDN 169/V Cinta Damai, Tanjung Jabung Barat, Jambi, yang berada di daerah pedesaan pemukiman transmigrasi.

Setelah diumumkan siswa harus belajar dari rumah untuk mencegah penularan Covid-19, Kiswanto memulai pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan WA group paguyuban kelas. Ia menyadari pembelajaran daring ini memerlukan dukungan orangtua.

“Yang saya prioritaskan pertama adalah berkomunikasi dan meyakinkan orangtua siswa untuk mendukung kebutuhan belajar dari rumah bagi anak-anaknya,” urai Kiswanto dalam webinar guru berbagi Manajemen Pembelajaran Daring untuk Sekolah Pedesaan yang diselenggarakan Kemendikbud dan Tanoto Foundation.

Kiswanto mulai mencari dan mempelajari aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran daring. Ia belajar otodidak menggunakan aplikasi google classroom, google form, zoom, dan quiziz untuk penilaian hasil belajar siswa.

Yang pertama ia latih menggunakan aplikasi tersebut adalah orangtua siswa. Melalui WA paguyuban kelas, orangtua dikirimi panduan cara mengunduh sampai video tutorial penggunaan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran. Tak jarang Kiswanto ditelepon orangtua siswa yang meminta pendampingan khusus cara menggunakan aplikasi pembelajaran tersebut.

“Yang berat hanya di awal persiapan. Setelah orangtua memahami cara menggunakan aplikasi pembelajaran, mereka bisa mendampingi anaknya belajar menggunakan aplikasi tersebut,” kata Kiswanto.

Setelah orangtua mampu menggunakan aplikasi pembelajaran, sebulan sekali Kiswanto melakukan pertemuan melalui aplikasi zoom dengan orangtua. Mereka membahas rencana dan jadwal pembelajaran jarak jauh dan meminta masukan orangtua terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Cara ini efektif untuk mendapat dukungan dari orangtua dalam memfasilitasi anaknya belajar dari rumah. Walaupun sebagian besar pekerjaan orangtua siswa adalah petani, mereka mau mendukung dan mendampingi anaknya belajar.

Mengelola Pembelajaran Daring

Walaupun berada di pedesaan, akses internet sudah menjangkau pemukiman warga sehingga mereka bisa melaksanakan belajar daring. Signal internet yang kadang mengalami gangguan, tidak menyurutkan semangat guru dan siswa belajar daring.

“Tinggal cara kita mengelola pembelajarannya. Saya menyesuaikan pemanfaatan aplikasi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran,” kata Kiswanto yang juga fasilitator pembelajaran Tanoto Foundation.

WA group paguyuban kelas digunakan Kiswanto untuk mengirim jadwal pembelajaran, memberi panduan atau tutorial, bertanya jawab permasalahan dalam belajar dari rumah, dan forum diskusi dengan siswa dan orangtua.

Sedangkan Zoom digunakan untuk mengadakan pertemuan jarak jauh yang diisi kegiatan pemberian materi, mengamati siswa berpraktik, dan mempresentasikan hasil karyanya.

Sementara Google Classroom digunakan untuk mengumpulkan dan memberi umpan balik hasil karya siswa, serta mengunggah sumber belajar yang digunakan.

Ia juga memanfaatkan google form dan quizizz untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa. Melalui aplikasi tersebut siswa bisa mengerjakan soal, membuat essay, dan bermain kuis.

Untuk materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa juga difokuskan pada peningkatan kecakapan hidup. Seperti mewawancarai orangtua terkait jumlah uang belanja yang dikeluarkan setiap hari selama satu minggu untuk dibuat grafik batang pengeluaran uang belanja di rumah, membuat poster pencegahan covid-19, sampai melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang tersedia di rumah.

Pembelajaran Luring Terjadwal

Tidak semua siswa Kiswanto bisa mengakses internet. Dari 20 siswa kelas IV, ada 5 siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring. Masalahnya bervariasi, mulai tidak memiliki gawai, tidak mampu membeli kuota internet, dan ada orangtua yang tidak mendukung.

Solusinya Kiswanto melaksanakan pembelajaran luring. Ia menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang memiliki tujuan pembelajaran sama dengan pembelajaran daring.

“Penugasan untuk siswa yang mengikuti pembelajaran daring dan luring tujuannya sama. Hanya untuk penugasan belajar luring harus jelas dan mampu mendorong dan membimbing siswa menemukan konsep sendiri,” kata Kiswanto.

Jadi penugasannya bukan hanya mencatat ulang buku paket atau mengerjakan soal di buku paket, tetapi guru yang mengembangkan LKPD yang membuat siswa bisa belajar aktif.

Cara mendistribusikannya, siswa mengambil LKPD tersebut seminggu sekali di rumah kepala sekolah yang tidak jauh dari sekolah. Setelah selesai, tugas tersebut dikumpulkan kembali ke rumah kepala sekolah dan diberikan umpan balik oleh Kiswanto.

Terkadang siswa yang tidak punya gawai, bisa bergabung dengan siswa yang rumahnya berdekatan dengan mengikuti protokol pencegahan covid-19.

Mengelola PJJ dengan MAU

Upaya yang dilakukan oleh Kiswanto, menurut Golda Eva Grace Simatupang, Spesialis Pelatihan Guru Program PINTAR Tanoto Foundation, merupakan praktik baik dalam mengelola pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Walaupun berada di daerah pedesaan, Pak Kiswanto berhasil mengelola PJJ dengan prinsip MAU yaitu Mengkondisikan, Aktifkan, dan Umpan Balik. Orangtua dan siswa di awal sudah dikondisikan untuk siap mengikuti PJJ. Siswa juga difasilitasi untuk belajar aktif dalam PJJ. Ada umpan balik dari guru, orangtua, dan siswa untuk terjadinya proses perbaikan belajar dari rumah,” kata Grace yang juga menjadi pembicara dalam webinar tersebut.

Yang juga bisa dipetik dari pengalaman Kiswanto, menurut Grace PJJ bisa dilakukan walaupun guru baru belajar menggunakan perangkat teknologi.

“Pak Kiswanto dari belajar otodidak, ternyata bisa menggunakan aplikasi pembelajaran. Siswa yang tidak bisa mengakses internet, juga bisa difasilitasi untuk belajar aktif dan bermakna melalui LKPD yang dibuat sendiri oleh guru. Praktik baik ini perlu dicontoh,” kata Grace.

Post a Comment for "Mengelola Belajar dari Rumah di Pedesaan"